Saat Kenangan Tak Juga Kering Bersama Hujan yang Terus Turun
Logline:
Ketika hujan tak kunjung reda, dua jiwa yang terluka dipertemukan oleh keheningan, kenangan, dan rahasia yang belum selesai. Di balik jendela yang membatasi dunia luar, mereka belajar memahami arti kehilangan dan memaafkan.
Sinopsis:
Di sebuah rumah tua yang dikelilingi pohon-pohon basah dan tanah beraroma hujan, Ayla, seorang pianis muda, memilih mengasingkan diri setelah tragedi menghancurkan hidupnya. Suatu hari, seorang laki-laki asing bernama Ray menyewa kamar di rumah itu—diam, penuh misteri, dan membawa hujan di matanya.
Di balik jendela kamar masing-masing, mereka mengamati dunia, mengamati satu sama lain, dan mulai membangun hubungan tanpa banyak kata. Hujan menjadi penghubung mereka. Tapi saat ikatan mulai terjalin, masa lalu kembali mengetuk—membawa luka, pengkhianatan, dan pilihan sulit.
Hujan di Balik Jendela adalah kisah tentang dua manusia yang sama-sama berusaha sembuh, di tengah dunia yang terus bergerak, meski hati mereka masih tertinggal di masa lalu.
Tema dan Nuansa:
Film ini menyentuh tema trauma, pengampunan, dan harapan. Lewat simbol hujan, film menggambarkan bagaimana duka bisa terus turun, tapi juga menyuburkan kesadaran dan pertumbuhan. Ceritanya tidak terburu-buru. Ia mengajak penonton diam sejenak, meresapi kesunyian, dan mendengar suara hati.
Gaya Visual dan Musik:
Sinematografi film ini cenderung intim, dengan tone warna kelabu dan biru dingin yang merefleksikan suasana hati tokoh. Musik piano menjadi elemen emosional utama—mengisi jeda, menyampaikan rindu, dan menyuarakan yang tak terucap.
Untuk Siapa Film Ini:
Hujan di Balik Jendela adalah film untuk siapa saja yang pernah merasa kehilangan, pernah ingin menyendiri, atau pernah berharap seseorang akan datang dan mengerti—tanpa harus diminta.