Home EntertainmentMovie Sujud Terakhir Bapak

Sujud Terakhir Bapak

by Raden Gama Hardian

Cinta seorang ayah sering kali tak terucap. Tapi sujudnya, adalah doa yang tak pernah putus.

Tentang Film:
Sujud Terakhir Bapak adalah film drama keluarga yang menggambarkan relasi mendalam antara seorang ayah dan anaknya, melalui kisah yang sederhana namun sangat menyentuh. Mengangkat tema pengorbanan, penyesalan, dan spiritualitas, film ini menyajikan potret keikhlasan seorang bapak yang cintanya tak selalu lewat kata, tapi lewat tindakan, peluh, dan doa yang tak pernah terlihat.

Sinopsis:
Amar, seorang pemuda yang tengah meraih sukses di kota, pulang kampung setelah bertahun-tahun menjauh dari keluarganya—terutama dari sang ayah, Pak Syukur. Dulu, Amar memilih menjauh karena merasa kecewa, tidak dimengerti, dan ingin membuktikan dirinya sendiri.

Namun kepulangan itu bukan kepulangan biasa. Ia datang saat sang ayah sedang dalam kondisi sakit dan tak lagi mampu berkata-kata. Di tengah diamnya bapak, Amar justru menemukan suara-suara yang selama ini ia abaikan: tentang perjuangan, kasih yang tak pernah diminta balas, dan sujud-sujud panjang yang diam-diam menyebut namanya setiap malam.

Lewat catatan harian tua, cerita tetangga, dan kenangan-kenangan yang datang lewat sepi, Amar mulai memahami bahwa cinta seorang ayah tak selalu hadir dalam pelukan—tapi dalam diam yang penuh pengorbanan.

Tema dan Pesan:
Sujud Terakhir Bapak adalah film yang mengajak kita untuk merenungi arti keluarga, memaafkan sebelum terlambat, dan menghargai cinta yang tak bersuara. Film ini menyentil kita yang sering lupa bahwa rumah dan doa orang tua adalah pondasi dari langkah yang kita banggakan di luar sana.

Judulnya bukan hanya simbol kematian fisik, tapi juga bentuk penghormatan terakhir terhadap cinta yang tak pernah mengeluh.

Gaya Visual dan Nuansa:
Dengan tone visual yang hangat dan tenang, film ini menyajikan suasana pedesaan yang hening, tapi penuh makna. Musik latar yang lembut memperkuat emosi tanpa perlu dramatisasi berlebih. Sutradara membiarkan adegan-adegan sederhana bicara banyak—seperti cara seorang bapak mencintai tanpa suara.

Untuk Siapa Film Ini:
Untuk siapa saja yang pernah berselisih dengan ayahnya. Untuk mereka yang belum sempat minta maaf. Dan untuk kita semua yang mungkin lupa, bahwa seorang ayah mencintai lewat letih, bukan lewat kata.

Related Videos

Leave a Comment