Home Berebut Jenazah Berebut Jenazah

Berebut Jenazah

Ketika tubuh yang telah diam menjadi rebutan ego, warisan, dan kepercayaan.

by Raden Gama Hardian

Tentang Film:
Berebut Jenazah adalah sebuah film drama sosial-religius yang menyentuh persoalan identitas, keyakinan, dan perebutan hak atas orang yang telah wafat. Terinspirasi dari kejadian-kejadian nyata di masyarakat, film ini menggambarkan konflik yang muncul saat seseorang meninggal dunia—bukan karena kematiannya, tapi karena perbedaan keyakinan dan perebutan otoritas keluarga.

Sinopsis:
Rais, pria paruh baya yang dikenal sebagai mualaf dan aktivis kemanusiaan, meninggal dunia secara mendadak. Semasa hidup, ia memilih berpindah keyakinan dan hidup sederhana bersama istri serta anak-anaknya. Namun ketika ia wafat, keluarganya yang lama—yang berbeda agama—datang menuntut agar Rais dimakamkan sesuai tradisi mereka.

Terjadilah konflik terbuka. Di tengah duka, keluarga almarhum terpecah: antara mereka yang ingin menghormati kepercayaan terakhir Rais, dan mereka yang bersikeras memaksakan masa lalu. Perebutan jenazah bukan sekadar tentang tubuh, tapi juga tentang identitas, luka lama, ego, dan pengakuan.

Konflik memuncak ketika kedua kubu membawa kasus ini ke pengurus kampung, tokoh agama, hingga aparat hukum, menjadikan jenazah Rais sebagai simbol tarik-menarik nilai dan keyakinan.

Tema dan Pesan:
Berebut Jenazah menggugah kesadaran bahwa kematian seharusnya menjadi momentum penghormatan terakhir, bukan ladang perebutan ego. Film ini membuka diskusi tentang toleransi, pengakuan hak individu, dan pentingnya wasiat atau rekam jejak keimanan dalam konteks hukum dan budaya.

Lewat kisah yang manusiawi dan menyayat hati, film ini mempertanyakan: Apakah cinta pada seseorang bisa mengalahkan ketidakterimaan pada pilihan hidupnya?

Gaya Visual dan Nuansa:
Film ini mengusung tone realis dan tenang, dengan latar perkampungan urban dan suasana rumah duka yang penuh ketegangan emosional. Kamera banyak bermain dalam ruang sempit, menyorot ekspresi dan dinamika antar karakter yang tegang tapi menyimpan rasa sayang yang tak sempat diungkapkan.

Musik latar minim, memberi ruang pada keheningan, isak tangis, dan perdebatan sebagai pusat dramatik.

Untuk Siapa Film Ini:
Film ini cocok untuk penonton yang menyukai drama sosial-religius, serta mereka yang ingin merenung tentang kematian, toleransi, dan warisan nilai dalam keluarga. Cocok juga diputar dalam forum diskusi antarumat beragama, festival film bertema kemanusiaan, atau lembaga edukasi sosial-budaya.

Related Videos

Leave a Comment